JATIMHEBAT.COM – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bersama Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI, Hj. Arifatul Choiri Fauzi, menghadiri acara puncak peringatan Hari Anak Nasional (HAN) Tingkat Provinsi Jawa Timur tahun 2025 yang digelar di Kebun Raya Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, Selasa (29/7/2025).
Mengusung tema “Anak Indonesia Bersaudara”, kegiatan ini diikuti oleh 1.050 anak dari berbagai jenjang pendidikan, mulai dari PAUD hingga SMA, serta forum anak dari 38 kabupaten/kota di seluruh Jawa Timur. Acara tersebut menjadi momentum penting untuk meneguhkan komitmen perlindungan dan pemenuhan hak anak, sekaligus memperkuat peran anak sebagai subjek pembangunan.
Berbagai kegiatan meriah turut mengisi peringatan ini, mulai dari penampilan tari Bujang Ganong, permainan tradisional seperti Ular Tangga, Egrang, Congklak, Bakiak, Dam Daman, hingga Gangsing. Para peserta juga diajak minum susu dan makan telur ayam bersama sebagai bagian dari kampanye gizi seimbang. Selain itu, dilakukan penyerahan 1 ton ikan segar kepada 20 panti asuhan dalam rangka Gerakan Gemar Makan Ikan, serta pemberian lukisan dari anak-anak kepada Gubernur Jatim dan Menteri PPPA.
Dalam sambutannya, Gubernur Khofifah menekankan pentingnya menciptakan lingkungan yang aman, menyenangkan, dan mendukung tumbuh kembang anak. “Lindungi dan bahagiakan anak-anak kita. Beri ruang untuk bakat dan talenta mereka agar tumbuh menjadi generasi yang membawa nama harum keluarga, daerah, dan bangsa,” ujar Khofifah.
Sementara itu, Menteri PPPA, Arifatul Fauzi menyampaikan bahwa pemenuhan hak anak merupakan prioritas pemerintah dalam menciptakan generasi penerus yang berkualitas. “Kami terus mendorong pemenuhan hak sipil, kesehatan, perlindungan, serta partisipasi anak dalam pembangunan. Namun, hal ini tidak bisa berjalan tanpa dukungan kuat dari keluarga,” tegasnya.
Arifatul turut mengungkapkan keprihatinannya atas angka kekerasan terhadap anak yang masih tinggi. Berdasarkan data SIMFONI-PPA, sejak 1 Januari hingga Juli 2025 tercatat 16.713 kasus kekerasan, di mana 62,8 persen korbannya adalah anak-anak dan 80,5 persen di antaranya perempuan. Ia menyebut faktor penyebab utamanya adalah pola asuh yang salah, penggunaan gawai secara berlebihan, dan pengaruh lingkungan yang negatif.
Untuk itu, Kementerian PPPA saat ini tengah menggalakkan program pembatasan penggunaan gawai serta menghidupkan kembali permainan tradisional, lagu nasional, dan kisah-kisah pahlawan sebagai upaya memperkuat nilai kebangsaan dan karakter anak.
“Keluarga adalah fondasi utama. Pendidikan agama, akhlak, dan budi pekerti harus ditanamkan sejak dini. Kami sangat mengapresiasi kegiatan ini karena mampu menghadirkan kebahagiaan bagi ribuan anak dan menjadi contoh nyata perlindungan anak yang holistik,” pungkas Arifatul.
Peringatan HAN 2025 diharapkan menjadi pengingat bagi seluruh elemen masyarakat untuk terus menjaga, membimbing, dan mencintai anak-anak Indonesia sebagai generasi masa depan yang unggul dan berdaya saing. (NXB)