JATIMHEBAT.COM – Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Provinsi Jawa Timur menunjukkan komitmen kuat terhadap pembangunan inklusif dengan menggelar program CERDIG – Cerdas Digital, sebuah pelatihan penulisan dan produksi konten digital yang dikhususkan bagi penyandang disabilitas netra.
Kegiatan ini menjadi upaya nyata dalam membuka akses yang lebih luas bagi kelompok rentan agar tidak tertinggal dalam arus transformasi digital yang semakin cepat.
Sekretaris Diskominfo Jatim, Suharlina Kusumawardani, yang hadir mewakili Kepala Dinas Kominfo Jatim, dalam sambutannya menegaskan pentingnya ruang partisipasi aktif bagi penyandang disabilitas.
“Di balik keterbatasan tersebut tersimpan potensi besar yang perlu diberi ruang agar penyandang disabilitas netra dapat ikut berkontribusi secara aktif dan percaya diri dalam masyarakat digital yang semakin terbuka dan kompetitif,” ujarnya.
Ia menjelaskan, konten digital saat ini tak lagi hanya menjadi media komunikasi, tetapi telah menjadi sarana ekspresi, kreativitas, hingga peluang ekonomi baru. Karena itu, pelatihan CERDIG dirancang tidak hanya mengajarkan keterampilan teknis, tetapi juga membangun kepercayaan diri peserta dan membuka jalan menuju kemandirian ekonomi digital.
“Melalui pelatihan ini, kami ingin penyandang disabilitas tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga menjadi kreator konten yang produktif,” tambah Suharlina.
Dorong Peran Aktif di Dunia Digital
Sesi pelatihan pertama bertajuk “Penulisan Konten Digital yang Efektif dan Menarik” diisi oleh Ketua Komunitas Mata Hati Surabaya, Danny Heru Dwi Hartanto. Ia menyoroti pentingnya penguasaan media digital sebagai jembatan menuju eksistensi dan kemandirian ekonomi, khususnya di kalangan disabilitas.
Danny memaparkan bahwa pandemi Covid-19 telah mengubah pola interaksi sosial, di mana lebih dari 85 persen pengguna internet kini aktif di media sosial. Namun, penyandang disabilitas masih menghadapi tantangan dari sisi akses dan keterampilan.
“Konten digital yang baik tidak hanya informatif, tapi juga harus menggugah emosi dan menggerakkan audiens,” jelasnya.
Danny juga memperkenalkan empat jenis utama konten digital yang bisa dikembangkan oleh penyandang disabilitas, yakni artikel, infografis, video, dan podcast. Dalam sesi ini, peserta diperkenalkan pada teknik penulisan model AIDA (Attention, Interest, Desire, Action) untuk membangun komunikasi yang menarik dan mendorong aksi.
Yang menarik, Danny menekankan bahwa penyandang tunanetra memiliki potensi besar dalam menulis artikel blog, newsletter, email promosi, hingga caption media sosial secara mandiri dan profesional.
Pada sesi berikutnya bertema “Produksi Konten Audiovisual bagi Tunanetra”, Humas Komunitas Mata Hati Surabaya, Sri Purwaningsih, menjelaskan pentingnya konten audiovisual sebagai bentuk komunikasi yang paling efektif di era digital.
“Otak manusia lebih mudah mengingat pesan yang disampaikan melalui kombinasi gambar dan suara daripada teks saja,” katanya.
Sri mengurai proses produksi konten audiovisual menjadi tiga tahap utama: pra-produksi (ide, skrip, storyboard), produksi (pengambilan gambar dan suara), serta pasca-produksi (editing menggunakan aplikasi yang aksesibel seperti CapCut dan Canva, lalu distribusi ke YouTube dan media sosial).
Pelatihan ini dirancang secara inklusif, memungkinkan peserta tunanetra berperan aktif khususnya dalam penulisan skrip, pengarahan narasi, serta elemen audio. Alat dan aplikasi yang digunakan dipilih berdasarkan kemudahan akses oleh pengguna disabilitas.
Selain itu, peserta juga dibekali dengan prinsip-prinsip etika dalam produksi konten digital, seperti menjaga kualitas audio-visual, menghormati hak cipta, tidak menyebarkan hoaks, serta menjaga privasi subjek konten.
Melalui program CERDIG ini, Diskominfo Jatim berharap dapat mendorong ekosistem digital yang lebih setara dan inklusif. Penyandang disabilitas netra diharapkan tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi mampu tumbuh menjadi pelaku industri kreatif digital yang mandiri dan berdaya saing.
(ERL)