JATIMHEBAT.COM – Gelombang unjuk rasa di Nepal dalam tiga hari terakhir berakhir tragis, menewaskan puluhan orang dan melukai ratusan lainnya. Kerusuhan yang dimulai pada 8 September 2025 ini dipicu oleh keputusan pemerintah yang memblokir 26 platform media sosial populer, termasuk Facebook, YouTube, dan X.
Menurut laporan dari berbagai sumber berita, termasuk India Today dan Al Jazeera, korban tewas mencapai 22 orang, dan lebih dari 300 orang lainnya mengalami luka-luka. Namun, laporan terbaru dari sumber lain, seperti DD News dan The Hindu, menyebutkan bahwa angka kematian telah meningkat menjadi 30 orang dengan lebih dari 1.000 orang terluka.
Kekacauan dan Kerusakan di Seluruh Negeri
Unjuk rasa yang didominasi oleh Generasi Z—mereka yang lahir antara 1997 hingga 2012 dan dikenal sebagai “digital natives”—dengan cepat menyebar di berbagai kota. Para demonstran, yang marah karena kehilangan akses ke platform komunikasi vital, turun ke jalan-jalan di Kathmandu, Itahari, dan kota-kota lain.
Situasi semakin memanas ketika para pengunjuk rasa melakukan serangan brutal terhadap simbol-simbol pemerintahan. Mereka membakar gedung-gedung pemerintah dan rumah-rumah politisi. Menurut saksi mata, demonstran membakar ban, melempar batu, dan bahkan menyerbu penjara di seluruh negeri, membebaskan sekitar 900 narapidana.
Kemarahan Atas Korupsi dan Kurangnya Peluang
Meskipun pemicu awalnya adalah pemblokiran media sosial, unjuk rasa ini juga menjadi wadah bagi kemarahan yang lebih dalam. Banyak kaum muda Nepal mengekspresikan frustrasi mereka terhadap korupsi yang meluas, nepotisme, dan kurangnya peluang ekonomi. Mereka merasa bahwa kehidupan mewah para politisi dan keluarga mereka sangat kontras dengan kesulitan yang mereka hadapi dalam mencari pekerjaan.
Peristiwa ini telah digambarkan sebagai salah satu kerusuhan terburuk yang pernah terjadi di Nepal dalam beberapa dekade. Saat ini, pasukan militer telah dikerahkan untuk membantu mengendalikan situasi dan menegakkan kembali ketertiban di ibu kota dan sekitarnya. (EYB)