JATIMHEBAT.COM – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) di Pulau Nusakambangan, Cilacap, kini tak hanya menjadi tempat pembinaan, tapi juga pemberdayaan nyata. Melalui Program Nusakambangan Berdaya, para narapidana diberi pelatihan untuk mengolah limbah pembakaran batu bara atau Fly Ash Bottom Ash (FABA) menjadi produk bernilai jual seperti batako, paving block, roaster, hingga buis beton.
Program ini merupakan hasil kolaborasi antara PLN dan Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan (IMIPAS), dengan memanfaatkan limbah FABA dari PLTU Adipala yang sebelumnya belum termanfaatkan secara maksimal.
Hasanudin, warga binaan Lapas Terbuka Nusakambangan, mengaku awalnya tidak memiliki keahlian di bidang konstruksi. Namun setelah mengikuti pelatihan intensif selama satu bulan, kini ia telah mahir mengoperasikan mesin press batako.
“Awalnya ditawari siapa yang mau ikut pelatihan. Saya tertarik dan ikut. Alhamdulillah, sekarang sudah bisa membuat batako dari awal sampai selesai,” ujar Hasanudin dengan senyum sumringah.
Cerita serupa juga disampaikan Rizal, warga binaan Lapas Nirbaya, yang kini dipercaya sebagai operator mesin press. Ia melihat program ini sebagai peluang kedua untuk memperbaiki hidup.
“Saya bersyukur bisa ikut program ini. Ilmu yang saya dapat akan saya jadikan bekal untuk mandiri saat kembali ke masyarakat,” katanya.
Sementara itu, Danang Fitriansyah, warga binaan lainnya, mengaku semula tak memiliki keterampilan apapun. Namun, dalam waktu singkat, ia sudah mampu memproduksi batako secara mandiri.
“Sebelumnya saya tidak tahu apa-apa. Tapi setelah ada pelatihan, saya jadi paham dan bisa. Terima kasih kepada Bapak Menteri IMIPAS dan PLN,” tuturnya penuh syukur.
Riko Purnama Candra, Kepala Lapas Khusus Kelas II A Karanganyar Nusakambangan, mengatakan bahwa program Nusakambangan Berdaya tidak hanya fokus pada peningkatan keterampilan, tetapi juga membangun mental dan kepercayaan diri narapidana.
“Saat ini ada 30 warga binaan yang mengikuti pelatihan. Mereka cepat tangkap dan sangat antusias karena ini hal baru bagi mereka,” ujar Riko.
Ia optimistis, pembekalan keterampilan ini dapat menjadi modal penting saat para narapidana kembali ke masyarakat. Riko berharap program ini terus berkelanjutan dan diperluas cakupannya.
“Kami ingin kegiatan ini terus berjalan, sehingga para warga binaan bisa produktif, memiliki keterampilan, dan hidup mandiri setelah bebas,” tambahnya.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menegaskan bahwa pemanfaatan limbah FABA menjadi produk bernilai tambah merupakan bagian dari implementasi prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) yang dijalankan PLN secara konsisten.
“Pemanfaatan FABA tidak hanya memperkuat industri konstruksi nasional, tetapi juga membuka peluang kemandirian ekonomi bagi para warga binaan,” tegas Darmawan.
Ia menyebut program ini baru merupakan langkah awal, dan PLN akan terus bekerja sama dengan Kementerian IMIPAS agar manfaatnya semakin luas dan berkelanjutan.
“Kami ingin memastikan bahwa program ini tidak berhenti di sini. Harus terus tumbuh, memberi harapan, dan masa depan yang lebih baik bagi warga binaan,” tandasnya.
Program Nusakambangan Berdaya menjadi contoh nyata penerapan sirkular ekonomi berbasis kerakyatan. Dengan memanfaatkan FABA yang semula dianggap limbah menjadi produk bermanfaat, program ini menjawab dua isu sekaligus: pengelolaan lingkungan dan pemberdayaan manusia.
Pelatihan ini juga menjadi jembatan pembinaan sosial dan ekonomi, memberi harapan baru bagi para narapidana untuk bangkit dan berkontribusi positif setelah masa hukuman usai. (KDV)