Olah RagaUmum

Menaklukkan Tanjakan Ijen, Dwi Soetjipto Raih Prestasi di Usia 69 Tahun

322
×

Menaklukkan Tanjakan Ijen, Dwi Soetjipto Raih Prestasi di Usia 69 Tahun

Sebarkan artikel ini
Dwi Soetjipto saat menaklukkan tanjakan Erek-erek Ijen

JATIMHEBAT.COM – Keberhasilan menaklukkan rute ekstrem Banyuwangi Blue Fire Ijen KOM 2025 menjadi pencapaian monumental bagi Dwi Soetjipto, mantan Direktur Utama Pertamina dan Kepala SKK Migas yang baru pensiun tahun lalu. Di usianya yang menginjak 69 tahun, Dwi berhasil menyelesaikan rute dengan tanjakan brutal kategori Hors Catégorie (HC) yang memiliki gradien puncak 34 persen dan total elevasi mencapai 1.708 meter.

Bertarung di kategori Man Age 60+, Dwi berhasil mencapai garis finis dalam waktu 5 jam 40 menit, sekitar pukul 13.00 WIB — hanya setengah jam sebelum batas waktu resmi (cut-off time).

Scroll kebawah untuk lihat konten
Advertisement

“Jalur Ijen ini memang paling berat sepengalaman saya bersepeda. Bersyukur sekali saya bisa finish,” ujar Dwi dengan nada bangga.

Strategi dan Mental Baja

Sejak awal lomba, Dwi sudah menyiapkan strategi matang. Ia mengatur ritme kayuhan sejak start di GOR Tawangalun, dengan pendekatan perlahan namun konsisten. Saat tiba di Rest Area Jambu, yang menjadi water station pertama, ia memilih beristirahat penuh untuk mengumpulkan tenaga.

Kayuh demi kayuh ia lalui hingga mencapai Gantasan Bike Park, yang menjadi feeding zone utama. Di titik ini, gradien tanjakan telah mencapai 20 persen — dan masih terus meningkat.

Puncak tantangan terjadi menjelang titik finis di kawasan Erek-erek, yang dikenal memiliki tanjakan tajam dengan gradien hingga 34 persen. Dwi sempat kewalahan dan harus turun dari sepedanya di empat tanjakan terakhir. Namun, semangatnya untuk menyelesaikan trilogi balap tanjakan itu membawanya kembali mengayuh pedal hingga mencapai finis.

“Makanya setiap water station saya manfaatkan betul untuk istirahat, minum, dan jaga nutrisi supaya tidak dehidrasi,” ungkapnya.

READ  Lewat Sinergitas, Kominfo Jatim Edukasi Masyarakat Lumajang Bijak Bermedia Sosial

Kendala Jalan dan Kecintaan pada Rute

Meski sukses menyelesaikan lomba, Dwi tak menampik adanya kendala teknis di lintasan. Ia menyebut kondisi jalan di tanjakan Erek-erek yang tidak mulus menjadi tantangan tersendiri.

“Banyak tambalan jalan di posisi menanjak. Jadi pas kena tambalan, sepeda bisa terangkat-terangkat. Tapi secara keseluruhan, saya sangat suka jalurnya karena menantang dan pemandangannya luar biasa,” tuturnya.

Tantangan Kesehatan dan Persiapan Khusus

Menjelang lomba, Dwi sempat mengalami gangguan kesehatan berupa diare. Hal ini membuatnya sempat ragu untuk ikut serta. Namun dengan semangat tinggi, ia fokus memulihkan kondisi dan kembali berlatih. Selama sebulan penuh sebelum lomba, Dwi rutin berlatih di Bogor, menaklukkan tanjakan seperti Kebo, Cipanas, dan Puncak sebagai bagian dari persiapan fisik.

“Dengan hasil ini dan tantangan sebelumnya, saya puas bisa menamatkan seluruh seri Mainsepeda Trilogy. Tiga medali berhasil saya kumpulkan. Bersyukur sekali rasanya,” ucapnya.

Lengkapi Medali Trilogy Mainsepeda

Banyuwangi Blue Fire Ijen KOM merupakan seri pamungkas dari Mainsepeda Trilogy, ajang balap sepeda tanjakan paling prestisius di Indonesia. Sebelumnya, Dwi telah sukses menaklukkan dua seri sebelumnya: Bromo KOM dan Kediri Dholo KOM.

Dengan keberhasilannya menyelesaikan ketiga seri tersebut, Dwi berhak atas tiga medali eksklusif yang dapat dirangkai menjadi piramida prestisius, simbol pencapaian luar biasa dalam dunia balap sepeda tanjakan.

Satu Kilometer Demi Satu Kilometer

Kisah Dwi Soetjipto bukan hanya tentang pencapaian fisik, tapi juga inspirasi soal ketekunan, kedisiplinan, dan semangat hidup. Di usia hampir 70 tahun, ia membuktikan bahwa batasan usia hanyalah angka.

Satu kilometer demi satu kilometer, ia terus menulis ulang kisah hidupnya — dengan sepeda sebagai pena, dan tanjakan sebagai lembaran baru perjuangan. (TPJ)