Umum

BMKG Jelaskan Penyebab Suhu Panas Ekstrem di Indonesia: Kombinasi Gerak Semu Matahari dan Monsun Australia

349
×

BMKG Jelaskan Penyebab Suhu Panas Ekstrem di Indonesia: Kombinasi Gerak Semu Matahari dan Monsun Australia

Sebarkan artikel ini
Illustrasi Suhu Panas di Indonesia (doc. Georitmus)

JATIMHEBAT.COM – Cuaca panas ekstrem dengan suhu maksimum mencapai 37,6°C yang melanda berbagai wilayah di Indonesia dalam beberapa hari terakhir memicu keluhan masyarakat. Menanggapi hal tersebut, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan resmi melalui akun X (Twitter) mereka.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa fenomena suhu panas ini disebabkan oleh kombinasi gerak semu matahari dan pengaruh Monsun Australia. Kedua faktor tersebut menyebabkan peningkatan suhu udara di sebagian besar wilayah Indonesia.

Scroll kebawah untuk lihat konten
Advertisement

“Pada bulan Oktober, posisi gerak semu matahari berada di selatan ekuator. Kondisi ini menyebabkan wilayah Indonesia bagian tengah dan selatan seperti Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Papua menerima penyinaran matahari yang lebih intens sehingga cuaca terasa lebih panas,” kata Guswanto di Jakarta, Rabu (15/10/2025).

Selain itu, penguatan angin timuran dari Monsun Australia membawa massa udara kering dan hangat, yang membuat pembentukan awan menjadi minim. Akibatnya, radiasi matahari mencapai permukaan bumi secara maksimal, sehingga suhu udara meningkat signifikan.

Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menambahkan bahwa data pengamatan menunjukkan suhu maksimum di atas 35°C tercatat di hampir seluruh wilayah Indonesia. Daerah yang paling terdampak meliputi sebagian besar Nusa Tenggara, Jawa bagian barat hingga timur, Kalimantan bagian barat dan tengah, Sulawesi bagian selatan dan tenggara, serta beberapa wilayah di Papua.

“Pada 12 Oktober 2025, suhu tertinggi tercatat sebesar 36,8°C di Kapuas Hulu (Kalimantan Barat), Kupang (NTT), dan Majalengka (Jawa Barat). Sementara pada 14 Oktober, suhu meningkat hingga 37,6°C di Majalengka dan Boven Digoel,” ujar Andri.

Menurutnya, konsistensi suhu maksimum yang tinggi menunjukkan kondisi cuaca panas yang persisten akibat dominasi massa udara kering dan minimnya tutupan awan. Meski demikian, BMKG mencatat bahwa potensi hujan lokal akibat aktivitas konvektif masih dapat terjadi pada sore hingga malam hari, terutama di sebagian wilayah Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Papua.

READ  Presiden Prabowo Lantik Dewan Komisioner LPS Periode 2025-2030, Anggito Abimanyu Jabat Ketua

BMKG mengimbau masyarakat untuk menjaga kesehatan dengan memperbanyak konsumsi air putih dan menghindari paparan langsung sinar matahari dalam waktu lama, khususnya pada siang hari.

“Masyarakat diimbau untuk memantau secara berkala informasi cuaca dan peringatan dini melalui situs resmi BMKG, media sosial, atau aplikasi Info BMKG. Tetap waspada terhadap potensi hujan disertai petir dan angin kencang pada sore atau malam hari,” pungkas Guswanto. (SUW)